r31ym0uend_blacker

r31ym0uend_blacker
boeboer_lemoe

12/11/10

Tafsir Ayat Kursi (Al-Baqarah : 255)

kursi_3.jpg

“Allah tidak ada Ilah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya, Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Q.s.,al-Baqarah:255)
Keutamaannya
Rasulullah SAW., menginformasikan kepada kita bahwa ayat kursi merupakan ayat yang paling agung di dalam al-Qur’an karena memuat makna-makna tauhid, pengagungan serta keluasan sifat-sifat Allah Ta’ala. (Taysir:91)
Dalil-Dalil Tentang Keutamaannya
1. Hadits dari Ubay bin Ka’b bahwasanya Nabi SAW., berkata kepadanya, “Ayat apa yang paling agung di dalam Kitabullah?.” Dia berkata, “Aku menjawab, Allah dan Rasul-Nya-lah Yang Maha Mengetahui.” Hingga beliau mengulangi pertanyaannya sampai tiga kali, kemudian aku berkata, “Allâhu Lâ ilâha illa huwal Hayyul Qayyûm.” Dia berkata, “Lalu beliau menepuk dadanya sembari berkata, “Semoga ilmumu menjadi ringan, wahai Abul Mundzir!.” (HR.Muslim)
2. Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata, “Rasulullah SAW., mengangkatku sebagai wakil untuk menjaga (mengutip) zakat Ramadlan, lalu seseorang datang kepadaku seraya membuang makanan yang ada di tangannya, lantas aku memungutnya sembari berkata, ‘Akan aku laporkan hal ini kepada Rasulullah SAW. Lalu Abu Hurairah menceritakan tentang hadits tersebut, diantara isinya adalah, ‘Beliau bersabda, ‘Bila engkau akan beranjak ke tempat tidurmu, maka bacalah ayat Kursi karena sesungguhnya ia (dapat menjadikanmu) senantiasa mendapatkan penjagaan dari Allah dan syaithan tidak akan mendekatimu hingga pagi hari.’ Lalu Nabi SAW., bersabda kepadanya, “Dia telah berkata jujur padamu padahal seorang pembohong, itulah syaithan.” (HR.al-Bukhari)
Demikian sebagian hadits yang shahih terkait dengan keutamaannya. Sebenarnya banyak sekali dalil-dalil yang terkait dengan keutamaan ayat yang agung ini bahkan beragam karya tulis dikarang mengenai keutamaan dan penafsirannya.
Temanya
Yaitu, mengagungkan Allah, menyinggung perihal bertauhid kepada-Nya dan Qudrat-Nya.
Kapan Dibaca
Dianjurkan membaca ayat Kursi seusai setiap shalat fardlu, ketika akan tidur dan dibaca di dalam rumah untuk mengusir syaithan (sebagaiman telah disinggung di atas).
Ayat agung yang memuat makna-makna paling agung yang mengisi hati dengan rasa takut kepada Allah, terhadap kemuliaan dan kesempurnaan-Nya ini memang berhak untuk menjadi ayat al-Qur’an yang paling agung dan berhak pula mengisi hati pembacanya dengan keyakinan dan keimanan serta mendapatkan pemeliharaan Allah dari syaithan manakala diiringi dengan tadabbur dan pemahaman terhadap maknanya.
Kandungan Ayat Semua ayat ini mengandung faedah, bahkan tiap katanya mengandung banyak sekali faedah. Diantara yang paling penting dan besar adalah:
a. Bahwa ayat Kursi merupakan ayat yang paling agung di dalam Kitabullah secara umum karena ia memuat banyak sekali asma-asma Allah dan sifat-sifat-Nya.
b. Kesempurnaan Qayyûm-Nya, Qudrat-Nya, keluasan kekuasaan dan keagungan-Nya sehingga hal ini mengajak kita untuk mentadabburi dan merenungkannya.
c. Bahwa tidak terselubung dan luput satupun yang tersembunyi di muka bumi ataupun di langit oleh Allah Ta’ala “Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka.” Hal ini mengandung konsekuensi keharusan seorang Muslim untuk menghayatinya di dalam seluruh kehidupannya.
d. Menetapkan adanya syafa’at dan bahwa ia tidak akan dapa diraih kecuali dengan beberapa persyaratan, diantaranya idzin dan ridla-Nya terhadap hal yang disyafa’ati, “Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya.”
(SUMBER: Silsilah Manâhij Dawrât al-‘Ulûm asy-Syar’iyyah – Fi`ah an-Nâsyi`ah- karya Dr.Ibrahim bin Sulaiman al-Huwaimil, h. 36-40)

06/11/10


Jiwa Pemuda Islam 
Jiwa Pemuda Islam Category: Artikel Jika aku bertanya, “Siapakah orang yang menjadi idola kamu saat ini?”, maka kira-kira jawaban apa yang akan kau berikan, jujur saja aku tidak tahu. Bicara soal idola, aku jadi ingat sama anak kecil. Yup, anak kecil. Coba kamu perhatikan baik-baik pada diri anak kecil.. Anak-anak adalah manusia yang dipenuhi dengan dunia imitasi ‘meniru’. Anak-anak itu belum memiliki fungsi otak yang matang untuk berpikir sehingga segala sesuatu yang dilakukannya adalah segala hal yang dia lihat dan apa yang diajarkan kepadanya dari sang idola dengan cara meniru.
Dia tidak memilih mana yang baik untuk dirinya atau mana yang tidak baik untuk dirinya. Seperti ketika dia nonton film kartun kesayangannya, dia cenderung akan sering bertingkah laku sebagaimana tokoh-tokoh kartun yang digemarinya, tokoh-tokoh kartun yang menjadi idolanya. Itulah dunia mereka, penuh dengan peniruan. Itulah sebabnya, bagi anak-anak seperti mereka, tokoh idola seringkali menjadi sumber inspirasi untuk melakukan sesuatu. Lalu, apa hubungannya dengan kita, yang sudah menginjak usianya anak muda? Aku yakin, di antara kita mungkin masih memiliki karakter-karakter semasa kanak-kanak itu.
Kita masih seperti mereka yang suka mengidolakan seseorang dan pengen meniru tingkah laku sang idola kita, kan? Ada satu hal yang mesti kuingetin buat diriku dan dirimu, semuanya, kita harus sadar bahwa masa muda kita tentu harus beda dengan masa kanak-kanak kita. Masak kita mengidolakan Shinchan, Sponge Bob, Power Ranger, dan sejenisnya itu. Jelas gak lucu lah hehe.. (gak lucu koq ketawa..??) Terkait dengan hal tersebut, kita adalah pemuda yang bukan anak kecil lagi, yang sudah memiliki fungsi otak yang lebih matang sehingga bisa berpikir dan memilah serta memilih mana yang baik untuk kita dan mana yang tidak baik untuk kita.
Makanya, bagi kita, para pemuda memiliki idola tidak asal punya idola dan ngikut serta niru apa saja yang ada pada diri sang idola, tetapi kita harus mampu ‘menyaring’ apa saja yang baik pada diri sang idola yang memang tepat untuk kita tiru. Dan semestinya dalam memilih sang idola pun harus memiliki alasan yang idiologis kenapa kita mengidolakannya. Karena kalau kita ngikutin idola yang gak baik, kita hanya akan jadi pemuda yang terbawa arus perkembangan zaman. Saat itulah kita justru akan menjadi pemuda yang kehilangan jati diri, kehilangan identitas kita.
Apalagi kita seorang muslim. Kita gak pengen kan kehilangan jati diri dan identitas kita sebagai pemuda Islam? Nha, biar gak kehilangan jati diri kita sebagai pemuda Islam, tentunya kita harus memiliki kebanggan dengan identitas kemusliman kita. Kita mesti tampil beda dengan mereka-mereka, pemuda-pemuda yang ngasal dalam milih idola, asal tampil beda, dan asal ikut-ikutan trend mode yang gak karuan.
Siapa pun idola kita, tidak boleh menjadikan kita menanggalkan identitas kita sebagai pemuda Islam. Oleh karena itu, memiliki konsep diri yang jelas tentang diri kita sebagai pemuda Islam adalah sebuah keharusan. Kita kudu kenal dan fahm betul pemuda yang diinginkan Islam itu kayak apa. Dari sanalah kita akan mulai melangkah dan berbuat sesuatu untuk menggapai cita-cita kita. Cita-cita yang tidak hanya sesaat di dunia ini, tetapi juga untuk meraih kebahagiaan di akhirat kelak.
Di atas semua itu, marilah segera kita miliki jiwa pemuda Islam yang sesungguhnya, seperti yang digambarkan oleh Hasan Al-Banna.. Kami menginginkan jiwa-jiwa yang hidup, kuat, dan selalu muda.. Hati yang baru, yang senantiasa berkibar-kibar, dan ruh yang selalu menggelora, dan berobsesi, untuk menuju cita-cita tinggi..” (Hasan Al-Banna)