r31ym0uend_blacker

r31ym0uend_blacker
boeboer_lemoe

06/11/10


Jiwa Pemuda Islam 
Jiwa Pemuda Islam Category: Artikel Jika aku bertanya, “Siapakah orang yang menjadi idola kamu saat ini?”, maka kira-kira jawaban apa yang akan kau berikan, jujur saja aku tidak tahu. Bicara soal idola, aku jadi ingat sama anak kecil. Yup, anak kecil. Coba kamu perhatikan baik-baik pada diri anak kecil.. Anak-anak adalah manusia yang dipenuhi dengan dunia imitasi ‘meniru’. Anak-anak itu belum memiliki fungsi otak yang matang untuk berpikir sehingga segala sesuatu yang dilakukannya adalah segala hal yang dia lihat dan apa yang diajarkan kepadanya dari sang idola dengan cara meniru.
Dia tidak memilih mana yang baik untuk dirinya atau mana yang tidak baik untuk dirinya. Seperti ketika dia nonton film kartun kesayangannya, dia cenderung akan sering bertingkah laku sebagaimana tokoh-tokoh kartun yang digemarinya, tokoh-tokoh kartun yang menjadi idolanya. Itulah dunia mereka, penuh dengan peniruan. Itulah sebabnya, bagi anak-anak seperti mereka, tokoh idola seringkali menjadi sumber inspirasi untuk melakukan sesuatu. Lalu, apa hubungannya dengan kita, yang sudah menginjak usianya anak muda? Aku yakin, di antara kita mungkin masih memiliki karakter-karakter semasa kanak-kanak itu.
Kita masih seperti mereka yang suka mengidolakan seseorang dan pengen meniru tingkah laku sang idola kita, kan? Ada satu hal yang mesti kuingetin buat diriku dan dirimu, semuanya, kita harus sadar bahwa masa muda kita tentu harus beda dengan masa kanak-kanak kita. Masak kita mengidolakan Shinchan, Sponge Bob, Power Ranger, dan sejenisnya itu. Jelas gak lucu lah hehe.. (gak lucu koq ketawa..??) Terkait dengan hal tersebut, kita adalah pemuda yang bukan anak kecil lagi, yang sudah memiliki fungsi otak yang lebih matang sehingga bisa berpikir dan memilah serta memilih mana yang baik untuk kita dan mana yang tidak baik untuk kita.
Makanya, bagi kita, para pemuda memiliki idola tidak asal punya idola dan ngikut serta niru apa saja yang ada pada diri sang idola, tetapi kita harus mampu ‘menyaring’ apa saja yang baik pada diri sang idola yang memang tepat untuk kita tiru. Dan semestinya dalam memilih sang idola pun harus memiliki alasan yang idiologis kenapa kita mengidolakannya. Karena kalau kita ngikutin idola yang gak baik, kita hanya akan jadi pemuda yang terbawa arus perkembangan zaman. Saat itulah kita justru akan menjadi pemuda yang kehilangan jati diri, kehilangan identitas kita.
Apalagi kita seorang muslim. Kita gak pengen kan kehilangan jati diri dan identitas kita sebagai pemuda Islam? Nha, biar gak kehilangan jati diri kita sebagai pemuda Islam, tentunya kita harus memiliki kebanggan dengan identitas kemusliman kita. Kita mesti tampil beda dengan mereka-mereka, pemuda-pemuda yang ngasal dalam milih idola, asal tampil beda, dan asal ikut-ikutan trend mode yang gak karuan.
Siapa pun idola kita, tidak boleh menjadikan kita menanggalkan identitas kita sebagai pemuda Islam. Oleh karena itu, memiliki konsep diri yang jelas tentang diri kita sebagai pemuda Islam adalah sebuah keharusan. Kita kudu kenal dan fahm betul pemuda yang diinginkan Islam itu kayak apa. Dari sanalah kita akan mulai melangkah dan berbuat sesuatu untuk menggapai cita-cita kita. Cita-cita yang tidak hanya sesaat di dunia ini, tetapi juga untuk meraih kebahagiaan di akhirat kelak.
Di atas semua itu, marilah segera kita miliki jiwa pemuda Islam yang sesungguhnya, seperti yang digambarkan oleh Hasan Al-Banna.. Kami menginginkan jiwa-jiwa yang hidup, kuat, dan selalu muda.. Hati yang baru, yang senantiasa berkibar-kibar, dan ruh yang selalu menggelora, dan berobsesi, untuk menuju cita-cita tinggi..” (Hasan Al-Banna)

Tidak ada komentar: