r31ym0uend_blacker

r31ym0uend_blacker
boeboer_lemoe

19/03/09

Pengorbanan Seorang Ibu

Pengorbanan Seorang Ibu
Jalannya sudah tertatih-tatih, karena usianya sudah lebih dari 70 tahun, sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan mau keluar rumah. Walaupun ia mempunyai seorang anak perempuan, ia harus tinggal di rumah jompo, karena kehadirannya tidak diinginkan. Masih teringat olehnya, betapa berat penderitaannya ketika akan melahirkan putrinya tersebut. Ayah dari anak tersebut minggat setelah menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Di samping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan bayi yang belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu mempunyai seorang putri yang hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap mempertahankannya, oleh sebab itu ia diusir dari rumah orang tuanya.Selain aib yang harus di tanggung, ia pun harus bekerja berat di pabrik untuk membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada seorang pun yang mendampinginya. Ia tidak mendapatkan kecupan manis maupun ucapan selamat dari siapapun juga, yang ia dapatkan hanya cemohan, karena telahelahirkan seorang bayi haram tanpa bapa. Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas berkat yang didapatkannya dari Tuhan di mana ia telah dikaruniakan seorang putri. Ia berjanji akan memberikan seluruh kasih sayang yang ia miliki hanya untuk putrinya seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi nama Love - Kasih.Siang ia harus bekerja berat di pabrik dan di waktu malam hari ia harus menjahit sampai jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yang ia bisa dapatkan. Terkadang ia harus menjahit sampai jam 2 pagi, tidur lebih dari 4 jam sehari itu adalah sesuatu kemewahan yang tidak pernah ia dapatkan. Bahkan Sabtu Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restaurant. Ini ia lakukan semua agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya sekolah putrinya yang tercinta. Ia tidak mau menikah lagi, karena ia masih tetap mengharapkan, bahwa pada suatu saat ayah dari putrinya akan datang balik kembali kepadanya, di samping itu ia tidak mau memberikan ayah tiri kepada putrinya.Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena ia tidak mau membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging yang seyogianya ia bisa beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya sendiri ia tidak pernah mau membeli pakaian baru, ia selalu menerima dan memakai pakaian bekas pemberian orang, tetapi untuk putrinya yang tercinta, hanya yang terbaik dan terbagus ia berikan, mulai dari pakaian sampai dengan makanan.Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca di luaran sangat dingin sekali, karena pada saat itu lagi musim dingin menjelang hari Natal. Ia telah menjanjikan untuk memberikan sepeda sebagai hadiah Natal untuk putrinya, tetapi ternyata uang yang telah dikumpulkannya belum mencukupinya. Ia tidak ingin mengecewakan putrinya, maka dari itu walaupun cuaca diluaran dingin sekali, bahkan dlm keadaan sakit dan lemah, ia tetap memaksakan diri untuk keluar rumah dan bekerja. Sejak saat tersebut ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering sekali badannya terasa sangat nyeri sekali. Ia ingin memanjakan putrinya dan memberikan hanya yang terbaik bagi putrinya walaupun untuk ini ia harus bekorban, jadi dlm keadaan sakit ataupun tidak sakit ia tetap bekerja, selama hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya yang tercinta.Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya putrinya bisa melanjutkan studinya diluar kota. Di sana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda anak dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak pernah mau mengakui bahwa ia masih mempunyai orang tua. Ia merasa malu bahwa ia ditinggal minggat oleh ayah kandungnya dan ia merasa malu mempunyai seorang ibu yang bekerja hanya sebagai babu pencuci piring di restaurant. Oleh sebab itulah ia mengaku kepada calon suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh dan itupun hanya pada saat upacara pernikahan di gereja saja. Ia tidak diundang, bahkan kehadirannya tidaklah diinginkan. Ia duduk di sudut kursi paling belakang di gereja, sambil mendoakan agar Tuhan selalu melindungi dan memberkati putrinya yang tercinta. Sejak saat itu bertahun-tahun ia tidak mendengar kabar dari putrinya, karena ia dilarang dan tidak boleh menghubungi putrinya. Pada suatu hari ia membaca di koran bahwa putrinya telah melahirkan seorang putera, ia merasa bahagia sekali mendengar berita bahwa ia sekarang telah mempunyai seorang cucu. Ia sangat mendambakan sekali untuk bisa memeluk dan menggendong cucunya, tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak rumah putrinya. Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat dan bertemu dengan anak dan cucunya, karena keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan cucunya, ia melamar dengan menggunakan nama palsu untuk menjadi babu di rumah keluarga putrinya.Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya diterima dan diperbolehkan bekerja disana. Di rumah putrinya ia bisa dan boleh menggendong cucunya, tetapi bukan sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai babu dari keluarga tersebut. Ia merasa berterima kasih sekali kepada Tuhan, bahwa ia permohonannya telah dikabulkan.Di rumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus, bahkan binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh putrinya daripada dirinya sendiri. Di samping itu sering sekali dibentak dan dimaki oleh putri dan anak darah dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya bisa berdoa sambil menangis di dlm kamarnya yang kecil di belakang dapur. Ia berdoa agar Tuhan mau mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak dilimpahkan kepada putrinya, ia berdoa agar hukuman itu dilimpahkan saja kepadanya, karena ia sangat menyayangi putrinya.Setelah bekerja bertahun-tahun sebagai babu tanpa ada orang yang mengetahui siapa dirinya dirumah tersebut, akhirnya ia menderita sakit dan tidak bisa bekerja lagi. Mantunya merasa berhutang budi kepada pelayan tuanya yang setia ini sehingga ia memberikan kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di rumah jompo.Puluhan tahun ia tidak bisa dan tidak boleh bertemu lagi dengan putri kesayangannya. Uang pension yang ia dapatkan selalu ia sisihkan dan tabung untuk putrinya, dengan pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia membutuhkan bantuannya.Pada tahun lampau beberapa hari sebelum hari Natal, ia jatuh sakit lagi, tetapi ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Ia merasakan bahwa ajalnya sudah mendekat. Hanya satu keinginan yang ia dambakan sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk bisa bertemu dan boleh melihat putrinya sekali lagi. Di samping itu ia ingin memberikan seluruh uang simpanan yang ia telah kumpulkan selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya.Suhu diluaran telah mencapai 17 derajat di bawah nol dan salujupun turun dengan lebatnya, jangankan manusia anjingpun pada saat ini tidak mau keluar rumah lagi, karena di luaran sangat dingin, tetapi Nenek tua ini tetap memaksakan diri untuk pergi ke rumah putrinya. Ia ingin betemu dengan putrinya sekali lagi yang terakhir kali. Dengan tubuh menggigil karena kedinginan, ia menunggu datangnya bus berjam-jam di luaran. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak rumah jompo tempat di mana ia tinggal letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu perjalanan yang jauh dan tidak mudah bagi seorang nenek tua yang berada dlm keadaan sakit.Setiba di rumah putrinya dlm keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk rumah putrinya dan ternyata purtinya sendiri yang membukakan pintu rumah gedong di mana putrinya tinggal. Apakah ucapan selamat datang yang diucapkan putrinya ? Apakah rasa bahagia bertemu kembali dengan ibunya? Tidak! Bahkan ia ditegor: "Kamu sudah bekerja di rumah kami puluhan tahun sebagai pembantu, apakah kamu tidak tahu bahwa untuk pembantu ada pintu khusus, ialah pintu di belakang rumah!""Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya ingin memberikan hadiah Natal untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali lagi, mungkin yang terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja, karena di luaran dingin sekali dan sedang turun salju. Ibu sudah tidak kuat lagi nak!" kata wanita tua itu."Maaf saya tidak ada waktu, di samping itu sebentar lagi kami akan menerima tamu seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali mau datang telepon dahulu, jangan sembarangan datang begitu saja!" ucapan putrinya dengan nada kesal. Setelah itu pintu ditutup dengan keras. Ia mengusir ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang pengemis.Tidak ada rasa kasih, jangankan kasih, belas kasihanpun tidak ada. Setelah beberapa saat kemudian bel rumah bunyi lagi, ternyata ada orang mau pinjam telepon di rumah putrinya "Maaf Bu, mengganggu, bolehkah kami pinjam teleponnya sebentar untuk menelpon ke kantor polisi, sebab di halte bus di depan ada seorang nenek meninggal dunia, rupanya ia mati kedinginan!"Wanita tua ini mati bukan hanya kedinginan jasmaniahnya saja, tetapi juga perasaannya. Ia sangat mendambakan sekali kehangatan dari kasih sayang putrinya yang tercinta yang tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya.Seorang Ibu melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang tanpa mengharapkan pamrih apapun juga. Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan waktunya 24 jam sehari bagi anak-anaknya, tidak ada perkataan siang maupun malam, tidak ada perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan ini 366 hari dlm setahun. Seorang Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap menit dan ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada hari-hari tertentu. Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan bunga maupun hadiah kepada Ibu kita hanya pada waktu hari Ibu saja "Mother's Day" sedangkan di hari-hari lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-boro memberikan hadiah, untuk menelpon saja kita tidak punya waktu.Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita mau memberikan sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada bunga maupun hadiah. Renungkanlah: Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu? Kapan kita terakhir mengundang Ibu? Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu jalan-jalan? Dan kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis dengan ucapan terima kasih kepada Ibu kita? Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita?Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah berangkat, karena Ibu tidak akan bisa melihatnya lagi.When Mother prayed, she found sweet rest,When Mother prayed, her soul was blest;Her heart and mind on Christ were stayed,And God was there when Mother prayed!Our thanks, O God, for mothersWho show, by word and deed,Commitment to Thy will and planAnd Thy commandments heed.A thousand men may build a city,but it takes a mother to make a home.No man is poor who has had a godly mother!

sajak si miskin

Kala mentari mulai gagah mengangkangHujanpun menjerit lari terbirit – biritDan tangismu memecah pagiKian menghimpit dadaku yang makin menyempit.
Kusumpal tangismu dengan tetekkuYang tinggal kulit menggantung didadaTanpa isi tanpa sariHanya setetes air bukan asi.
Kala laparmu mulai menyerangKutanak nasi basi ditungkuTanpa garam, ikan asin atau sayuranHanya nasi aking pemberian orang.
Tubuhmu tinggal tulang berbalut kulitMeringkuk lemah dalam dekapkuSorot mata bagai hendak meloncatDari kepalamu yang terkulai di tubuhkuYang juga tinggal tulang merenta.
Maafkan aku, Anakku………..Tak ada beras yang dapat kumasakNasi basi pun harus berebut dengan kucingKecoa dan tikus mati kelaparanDi rumah kita yang beratap langit.
Matahari mulai meninggiHati orangpun makin meninggiBerebut tempat yang tinggiSaling menginjak tak lagi peduliHarga – harga yang kian tinggiKebutuhan hakiki tak terbeli.
Maafkan Ibu, anakku, maafkan IbuHanya kasih yang bisa Ibu beri

12/03/09




Kesabaranmu Ibu..
Awalnya aku malu mempunyai ibu sepertinya. Warna kulit yang gelap dan wajah yang pas-pasan. Ibu sangat berbeda dengan ayah, kulit yang putih, tubuh yang gagah dan wajah yang lumayan tampan menurutku. Aku tak mengerti kenapa ayah memilih ibu sebagai pendamping hidupnya. Aku tidak menyalahi takdir-Nya, cuman aku heran dengan semua ini. Ayahku berasal dari kota sedangkan ibu sebagai anak desa yang tidak mempunyai apa-apa. Pendidikannya pun hanya tamatan Sekolah Dasar saja. Setiap aku bertanya kepada ayah kenapa dulu memilih ibu, beliau berkata, ?Itu sudah takdir, mungkin ini yang terbaik untuk kita semua.? Ayah memiliki usaha yang lumayan sukses di kota, setiap seminggu sekali ayah pulang untuk menjenguk kami di desa, bahkan selalu membelikan apa saja yang kami minta, sehingga kami makin bangga pada beliau. Aku anak ke empat dari lima bersaudara. Kehidupan keluargaku tergolong paling kaya di desa. Ketika masih banyak rumah yang terbuat dari bilik, maka rumah kami sudah terbuat dari tembok. Bahkan pertama kali ada televisi, keluarga kamilah pelopor adanya televisi di desa. Aku masih ingat pertama kali ada di rumahku, semua orang berduyun-duyun kerumah untuk menonton televisi bersama-sama. Sampai-sampai ayah menyediakan tempat untuk warga yang ingin nonton televisi. Kemewahan materi tidak selalu identik dengan kebahagiaan. Itulah yang akhirnya aku rasakan. Ketika itu aku masih SMA, disinilah ketabahan ibu semakin terlihat di mataku. Bagaimana tidak, ayah menikah lagi dengan seorang gadis yang berasal dari kota. ?Dia sangat cantik dibandingkan denganmu Sum, dia namanya Ayuni?, kata salah satu pamanku yang ikut bekerja dengan ayah kepada ibu ketika bertanya tentang istri baru ayah. Secara tidak sengaja aku mendengar perbincangan mereka. Apa yang ibu katakan sangat mengagumkan, ?Dari dulu aku sudah siap jika ini terjadi mas, mungkin ini cobaan supaya aku semakin tabah.? Tapi waktu itu aku masih tidak terlalu mengerti kenapa ibu berkata seperti itu. Banyak orang khususnya perempuan di desaku yang tidak ingin dimadu, bahkan yang lebih ekstrim lagi mereka lebih baik bercerai dari pada harus dimadu walaupun sudah mempunyai anak. Keluargaku menjadi pembicaraan di desa khususnya di kalangan ibu-ibu. ?Pantas saja Sumiati dimadu, mungkin saja wanita itu lebih cantik dibandingkan dia. Kalau aku seperti itu, aku langsung minta cerai demi harga diri.? Hatiku perih mendengar perkataan seperti itu. Mereka tidak tahu betapa cantik dan baiknya hati ibu Ingin rasanya aku menampar orang yang berkata seperti itu, namun aku masih punya perasaan. Aku langsung berlari kerumah mencari penyejuk hati dan aku melihat ibu sedang bersujud diatas sajadahnya... *** Ayah mulai jarang pulang, yang tadinya seminggu sekali sekarang sebulan bahkan pernah dua bulan tidak pulang. Tetapi ayah tetap mengirimkan uang untuk kami semua, bahkan jumlahnya lebih dari cukup. Kebanggaan pada ayah mulai berkurang tapi aku masih tetap menghormatinya. Kekagumanku pada ibu semakin bertambah, ibu selalu terlihat tabah dalam menghadapi cobaan. Itu terlihat di wajahnya yang teduh. ?Kini aku bangga padamu Bu, aku juga tidak malu lagi mempunyai ibu sepertimu. Aku ingin perlihatkan pada dunia bahwa engkau adalah ibuku agar semua tahu betapa indahnya akhlakmu,? batinku berkata. Setiap kali adikku menanyakan tentang ayah, ibu pun menceritakan yang sebenarnya tanpa menjelekan sedikit pun tentang ayah. Satu lagi poin untuk mengagumimu yaitu kejujuran. Bulan berganti tahun, kami sudah mulai besar, bahkan kakakku sudah menikah semua, tinggal aku dan adik yang tinggal bersama ibu. Kerutan di wajah ibu pun sudah mulai terlihat. Kini aku sudah memasuki bangku kuliah dan berada di semester dua. Aku di terima di perguruan tinggi negeri dan ambil jurusan manajemen sesuai dengan cita-citaku. Aku tinggal di kota, sebulan sekali pulang ke desa untuk melepas rinduku pada keluarga. Ibu membuka warung di depan rumah untuk menghidupi kami karena hampir satu tahun ayah tidak mengirimkan uang. Untuk membantu ibu, aku berjualan pakaian yang di tawarkan pada teman-teman disamping kesibukan kuliah. Hasilnya pun lumayan untuk meringankan beban ibu. Ayah terserang stroke dan harus di rawat dirumah sakit sedangkan usahanya kini sudah bangkrut. Istri mudanya kabur entah kemana bersama anak hasil perkawinannya dengan ayah. Kini ibu yang selalu berada di samping ayah. Dengan kesabarannya, ibu merawat ayah dengan ikhlas. ketika ayah membutuhkan sesuatu, ibu selalu siap siaga untuk membantunya. Tanpa berbicara pun, sudah terlihat ada rasa penyesalan di wajah ayah. Kini ku tahu betapa mulianya hatimu ibu. Apakah aku sanggup seperti itu? *** Kini aku sudah mempunyai dua anak, Muhammad Fahri dan Zakiya Azzahra namanya. Aku menikah dengan seorang lelaki yang amat sholeh menurutku. Dia yang selalu membimbingku dalam segala hal terutama dalam masalah agama. Dia merupakan figur seorang ayah yang baik untuk anak-anak. Jika kesabaranku sedang di coba dengan kenakalan anak-anak, maka dia selalu mengingatkan untuk selalu menahan amarah. Oh ya.. yang sangat mengagumkan, kini aku sudah memakai penutup aurat, ini juga atas hidayahNya yang sangat tak terhingga selain bimbingan suami. Aku teringat ketika meminta izin untuk menikah pada orang tua terutama pada ibu. Bukan berapa gaji calon suamiku yang ditanyakan, tetapi yang pertama kali di tanya oleh ibu adalah apakah solatnya sudah benar atau belum. Awalnya aku tak mengerti tentang itu. Ibu menjelaskan bahwa orang yang tidak pernah meninggalkan solat dalam keadaan apapun itulah yang seharusnya aku cari Insya Allah akhlaknya juga akan baik karena dia merasa Allah selalu mengawasinya. Pendapat yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya. Jawaban yang sangat luar biasa yang terucap dari seorang yang hanya tamatan sekolah dasar. Kenangan-kenangan manis bersamamu akan selalu aku ingat bu. Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu dan meluaskan kuburanmu begitupun dengan ayah. Ibu meninggal seminggu setelah ayah tiada, ketika itu ibu berada di sampingku. Sebelum meninggal ada pesan yang masih teringat di benakku. ?Jaga adikmu baik-baik, dan yang paling penting jangan pernah kau tinggalkan Allah karena Allah akan meninggalkanmu.? Sebelum meneruskan kata-katanya, ibu mengucapkan dua kalimah sahadat dan orang yang sangat aku hormati pun menghembuskan napas terakhirnya? Ibu telah tiada tetapi jasa-jasanya akan selalu teringat dalam kalbuku. Engkau mengajarkan aku tentang sebuah kesabaran. Engkau adalah sosok ibu yang terbaik di mataku meski engkau bukan ibu kandungku?

07/03/09

Di Masjid


Kuseru saja Dia
sehingga datang juga
Kamipun bermuka-muka

seterusnya ia bernyala-nyala dalam dada
Segala daya memadamkannya

Bersimpah peluh diri yang tak bisa diperkuda

Ini ruang
gelanggang kami berperang

Binasa membinasa
satu menista lain gila

Karawang-Bekasi ~ Chairil Anwar


Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Derai-derai Cemara

Derai-derai Cemara ~ Chairil Anwar


Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

Chairil Anwar
1949

Aku

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Cintaku Jauh Di Pulau




Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"

Amboi ! Jalan sudah bertahun ku tempuh !
Perahu yang bersama 'kan merapuh !
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku ?!

Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.

PRAJURIT JAGA MALAM

Monday, October 27, 2003




Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu......
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !

(1948)
Siasat,
Th III, No. 96
1949


MALAM

Mulai kelam
belum buntu malam
kami masih berjaga
--Thermopylae?-
- jagal tidak dikenal ? -
tapi nanti
sebelum siang membentang
kami sudah tenggelam hilang

Zaman Baru,
No. 11-12
20-30 Agustus 1957



KRAWANG-BEKASI

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

(1948)
Brawidjaja,
Jilid 7, No 16,
1957


DIPONEGORO

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api.

Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai



Maju
Serbu
Serang
Terjang

(Februari 1943)
Budaya,
Th III, No. 8
Agustus 1954



PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO

Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh

(1948)

Liberty,
Jilid 7, No 297,
1954

06/03/09

Jauh Lebih Hebat dari Tangan Robot
HARUN YAHYA
Tangan kita, yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti mengaduk secangkir teh, membuka halaman surat kabar, atau menulis, telah dirancang sedemikian sempurna.
Ciri terpenting tangan adalah kemamuannya bekerja sebaik-baiknya dalam beragam kegiatan. Dengan dilengkapi otot dan saraf yang sangat banyak, lengan membantu tangan kita memegang benda dengan erat atau longgar sesuai dengan keadaannya. Misalnya, tangan manusia yang terkepal dapat memukul dengan pukulan seberat 45 kg. Sebaliknya, melalui ibu jari dan jari telunjuk, tangan kita juga dapat merasakan sehelai kertas berketebalan sepersepuluh milimeter.
Jelas, kedua tindakan ini sangat berbeda sifatnya. Yang satu memerlukan kepekaan, sedang yang lain memerlukan kekuatan besar. Namun, kita tak perlu sedetik pun memikirkan apa yang perlu kita lakukan saat kita akan mengambil sehelai kertas dengan kedua jari atau memukul dengan kepalan. Kita pun tak perlu memikirkan cara menyesuaikan kekuatan tangan kita bagi kedua tindakan ini. Kita tak pernah berkata, "Sekarang saya hendak memungut sehelai kertas. Saya akan menerapkan kekuatan sebesar 500 g. Sekarang saya akan mengangkat seember air. Saya akan menerapkan kekuatan sebesar 40 kg." Kita tidak pernah repot-repot memikirkannya.
Tangan-tangan robot yang dihasilkan memiliki kekuatan yang sama dengan tangan manusia, tetapi tidak memiliki kepekaan sentuhan, kesempurnaan daya gerak, dan kemampuan melakukan beragam pekerjaan.Alasannya adalah tangan manusia dirancang untuk melakukan semua tindakan ini secara bersamaan. Tangan diciptakan sekaligus dengan keseluruhan fungsi dan keseluruhan rancangan terkaitnya.
Semua jari tangan memiliki panjang, letak, dan kesesuaian yang pas satu sama lain. Contohnya, kekuatan kepalan yang dibentuk tangan dengan ibu jari normal itu lebih besar daripada kekuatan kepalan yang dibentuk tangan dengan ibu jari pendek. Ini karena, dengan panjang yang sesuai, ibu jari dapat menutupi jari-jari lainnya dan membantu menambah kekuatan dengan mendukung jari-jari yang lain.
Ada banyak seluk-beluk terperinci pada rancangan tangan: misalnya, tangan memiliki bagian-bagian pembentuk yang lebih kecil di samping otot dan saraf. Kuku pada ujung jari bukanlah hiasan sepele yang tidak memiliki kegunaan. Ketika memungut jarum dari lantai, kita menggunakan kuku maupun jari. Permukaan kasar pada ujung jari dan kuku membantu kita memungut benda kecil. Kuku memiliki peranan sangat penting dalam mengatur tekanan amat lemah yang dikerahkan jari pada benda yang dipegangnya. Keistimewaan khusus tangan lainnya adalah tangan tidak pernah kelelahan.
Insinyur Hans J. Schneebeli yang merancang tangan robot, yang dikenal sebagai "Tangan Karlsruhe", menyatakan bahwa semakin lama dia membuat tangan robot, semakin dia mengagumi tangan manusia. Dia menambahkan bahwa masih perlu waktu lama sampai kita dapat membuat tangan robot yang mampu melakukan sejumlah kecil saja pekerjaan yang dapat dilakukan tangan manusia..Dunia kedokteran dan ilmu pengetahuan bersusah-payah berusaha membuat tangan tiruan. Sejauh ini, tangan-tangan robot yang dihasilkan memiliki kekuatan yang sama dengan tangan manusia, tetapi tidak memiliki kepekaan sentuhan, kesempurnaan daya gerak, dan kemampuan melakukan beragam pekerjaan.
Banyak pakar setuju kita tidak bisa membuat tangan robot yang memiliki fungsi tangan lengkap. Insinyur Hans J. Schneebeli yang merancang tangan robot, yang dikenal sebagai "Tangan Karlsruhe", menyatakan bahwa semakin lama dia membuat tangan robot, semakin dia mengagumi tangan manusia. Dia menambahkan bahwa masih perlu waktu lama sampai kita dapat membuat tangan robot yang mampu melakukan sejumlah kecil saja pekerjaan yang dapat dilakukan tangan manusia.
Biasanya, tangan manusia bekerja bersama-sama dengan mata. Sinyal yang sampai ke mata diteruskan ke otak dan tangan bergerak menurut perintah yang diberikan otak. Tentu saja, ini berlangsung dalam waktu sangat singkat dan tidak diperlukan usaha khusus untuk melakukannya. Di lain pihak, tangan robot tidak dapat bergantung pada penglihatan dan sentuhan. Untuk setiap gerakan diperlukan perintah yang berbeda-beda. Selain itu, tangan robot tidak mampu melakukan bermacam fungsi. Contohnya, tangan robot untuk bermain piano tidak dapat memegang palu, dan tangan robot untuk memegang palu tidak dapat memegang telur tanpa memecahkannya. Beberapa tangan robot yang terakhir dibuat hanya mampu melakukan 2-3 gerakan bersamaan, tetapi ini masih sangat sederhana jika dibandingkan dengan kemampuan tangan manusia. Ketika Anda memikirkan kedua tangan yang bekerjasama secara selaras, kesempurnaan tangan ini akan lebih gamblang lagi.
Allah merancang tangan sebagai alat tubuh khusus bagi manusia. Dengan segala bagiannya, tangan manusia memperlihatkan kesempurnaan dan keunikan mahakarya ciptaan Allah.

Koleksi Artikel Ahmeed Deedat

Ismail Anak Pertama
Sejak Dominee tanpa daya menyetujui setiap permasalahan, saya berkata, "Dominee, sejauh ini yang saya lakukan hanya membuktikan satu point (masalah) dari keseluruhan ramalan. Membuktikan rangkaian kata Like Unto Thee (Seperti kamu - Seperti Musa). Ramalan tersebut lebih banyak dari sebuah ungkapan berikut:
"Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperli engkau ini..." Penekanannya pada kata-kata "Dari antara saudara mereka." Musa dan kaumnya, orang-orang Yahudi, di sini ditujukan sebagai satu kesatuan ras, dan sebagai 'saudara' mereka tanpa ragu-ragu adalah bangsa Arab. Perhatikanlah, kitab suci Injil menyata-kan Ibrahim (Abraham) sebagai "Sahabat Tuhan". Ibrahim mempunyai 2 orang istri, Sarah dan Hajar. Hajar melahirkan seorang anak Ibrahim, putra pertamanya. "... dan Ibrahim menamai anak yang dilahirkan Hajar itu Ismail. "(Kejadian 16:15). "Dan, Ibrahrim memanggil Ismail, anaknya.... " (Kejadian 17: 23). "Dan, Ismail, anaknya, berumur 13 tahun ketika dikerat kulit khatannya." (Kejadian 17: 25). Sampai usia 13 tahun Ismail adalah satu-satunya anak dan benih Ibrahim, ketika perjanjian disahkan antara Tuhan dan Ibrahim. Tuhan memberi Ibrahim anak laki-laki melalui Sarah, yang dinamakan Ishak, yang sangat muda dibandingkan Ismail.
Bangsa Arab dan Yahudi
Jika Ismail dan Ishak adalah anak dari ayah yang sama (Ibrahim), maka mereka adalah kakak beradik. Karena itu, anak dari salah seorang mereka adalah saudara dari anak yang lain. Keturunan Ishak adalah bangsa Yahudi dan keturunan Ismail adalah bangsa Arab jadi mereka bersaudara satu sama lain. Injil menegaskan "...Dan, dia (Ismail) akan menentang semua saudaranya." (Kejadian 16: 12). "Dan, dia (Ismail) wafat dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya." (Kejadian 25: 17). Anak-anak Ishak adalah saudara dari keturunan Ismail. Dengan cara yang sama Muhammad berasal dari saudara bangsa Israel, karena dia adalah keturunan anak Ismail putra Ibrahim. Hal ini tepat sekali dengan ramalan tersebut: "... dari antara saudaramu" (Ulangan 18: 18). Ramalan itu dengan jelas menyebutkan nabi yang akan datang yang seperti Musa, harus tidak berasal dari anak-anak Ishak atau di antara mereka sendiri, tetapi berasal dari antara saudara mereka. Karena itu Muhammad berasal dari saudara mereka.
Firman dalam Mulut
Lebih jauh ramalan mengatakan, "... dan Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya..." Apakah artinya jika dikatakan, "Saya akan menaruh firman saya dalam mulut Anda?" Perhatikan, ketika mula-mula saya meminta Anda (Dominee) untuk membuka Ulangan 18: 18 dan jika saya meminta Anda untuk membacanya, lalu Anda telah mem-bacanya, apakah itu berarti saya telah menaruh firman saya dalam mulut Anda?"
Dominee menjawab, "Tidak."
Tetapi, saya melanjutkan, "Jika saya mengajari Anda sebuah bahasa yang Anda tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, seperti bahasa Arab, dan bila saya meminta Anda untuk membaca atau mengulangi sesudah saya, apa yang saya ucapkan; yaitu:
"Katakanlah, 'Dia-lah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan, tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.' (QS. Al-Ikhlas: 1-4).
Tidakkah saya sedang menaruh kata-kata asing yang belum pernah didengar dan telah kamu ucapkan, ke dalam mulut Anda?" Dominee tentu saja setuju.
Dengan cara yang sama, saya berkata; "Kata-kata kitab suci Al-Qur' an, wahyu yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepada Muhammad diungkapkan."
Sejarah menyatakan bahwa Muhammad ketika itu ber-usia 40 tahun. Ia berada dalam sebuah gua kira-kira 3 mil ke utara dari kota Makkah. Hari itu adalah malam ke 17 bulan Ramadhan (dalam buku aslinya yang berbahasa Inggris di-tulis: "malam ke 27 bulan Ramadhan"). Dalam gua malaikat Jibril memerintahkannya dalam bahasa daerahnya:
"'Baca!" atau 'nyatakan!' atau 'bawakan!"' Muhammad ketakutan dan dalam keadaan kebingungan menjawab:
"Saya tak dapat membaca!" Malaikat memerintahkan untuk kedua kalinya dengan hasil yang sama. Pada yang ke-tiga kalinya malaikat melanjutkan.
Barulah Muhammad mengerti apa yang harus dilakukannya hanyalah mengulangi untuk berlatih. Dan dia mengulangi kata-kata yang ditaruh dalam mulutnya:
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah YangMaha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-'Alaq: 1-5).
Ini semua adalah ayat pertama yang diwahyukan kepada Muhammad, yang sekarang merupakan permulaan surat ke 96 (Al-'Alaq) dari Al-Qur'an.
Kesaksian Orang-orang Yang Beriman
Segera setelah malaikat pergi, Muhammad berlari ke rumahnya. Dengan ketakutan dan berkeringat seluruh tubuhnya, beliau meminta istri tercintanya, Khadijah, untuk menyelimutinya. Beliau berbaring, dan istrinya memandanginya. Ketika telah tenang kembali, Muhammad menjelaskan kepada istrinya apa yang telah dilihat dan didengarnya. Khadijah meyakinkannya bahwa ia percaya kepada Muhammad dan bahwa Allah tidak akan membiarkan hal mengerikan seperti itu terjadi padanya. Apakah ini semua adalah pengakuan seorang penipu? Apakah penipu mengaku bahwa ketika seorang malaikat mendatangi mereka dengan pesan dari Yang Maha Tinggi, mereka menjadi kuatir, ketakutan dan berkeringat seluruh tubuhnya, lari ke rumah menuju istrinya? Setiap kritikus dapat melihat bahwa reaksi dan pengakuannya ini adalah dari seorang yang jujur dan tulus, manusia kebenaran --Al Amin-- yang jujur, yang tulus dan yang dapat dipercaya.
Selama 23 tahun berikut dalam hidup kenabiannya, kata-kata tersebut 'ditaruh dalam mulutnya' dan beliau mengucapkannya. Kata-kata tersebut memberi pengaruh yang tak terhapuskan dalam hati dan pikirannya; dan ketika jumlahnya bertambah, kata-kata suci tersebut dicatatnya pada daun, kulit dan tulang belikat hewan, serta di dalam hati murid-murid yang tekun. Sebelum kematiannya, kata-kata ini disusun dalam urutan seperti yang dapat kita temukan saat ini dalam Kitab Suci Al-Qur'an. Kata-kata wahyu tersebut benar-benar ditaruh di dalam mulutnya; tepat seperti dikatakan dalam ramalan pada diskusi, "Dan Aku akan menaruh Firman-Ku dalam mulutnya." (Injil - Ulangan 18: 18)
Nabi Yang Ummi
Pengalaman Muhammad di dalam gua Hira, kemudian dikenal sebagai Jabal Nur, dan reaksinya terhadap wahyu pertama benar-benar memenuhi ramalan Injil yang lain. Pada kitab Yesaya 29:12, kita baca: "Dan apabila kitab itu" (Al-kitab, Al-Qur'an - 'pembacaan', 'pembawaan') "diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca" Nabi yang ummi, Al Qur'an surat Al-A'raf ayat 158, dengan mengatakan, "Baiklah baca ini, Saya berdo'a untuk kamu" (Kalimat: "Saya berdo'a untuk kamu" tidak ada dalam naskah Yahudi, bandingkan dengan Katholik Roma "versi Douay" dan juga dengan "versi standar yang sudah direvisi", Revised Standard Version) "Dan ia akan menjawab, 'Aku tidak dapat membaca'." "Aku tidak dapat membaca!" adalah terjemahan yang tepat dari kata-kata yang diucapkan 2 kali oleh Muhammad kepada Roh Kudus, Malaikat Jibril, ketika dia memerintahkan ("Baca!").
Izinkan saya mengutip ayat tersebut secara lengkap tanpa terpotong seperti pada "versi King James" atau "versi yang telah disahkan" yang lebih terkenal: "Dan, apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan, 'Baiklah baca ini, saya berdo'a untuk kamu', maka ia akan menjawab, 'Aku tidak dapat membaca'." (Injil - Yesaya 29: 12)
Yang perlu diperhatikan adalah belum ada Injil berbahasa Arab pada abad 6 Masehi, ketika Muhammad hidup dan berda'wah. Disamping itu beliau benar-benar tidak dapat membaca dan menulis. Tak ada seorang manusia pun yang pernah mengajarinya sebuah kata. Gurunya adalah penciptanya:
"Dan, tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. " (QS. An-Najm: 3-5)
Tanpa pengajaran dari seorang manusia pun, ia mem-buat malu orang-orang yang berpengetahuan.
Peringatan Penting
"Perhatikan!" Saya berkata kepada Dominee, "Bagaimana ramalan tersebut cocok sekali dengan Muhammad. Kami tak perlu menjabarkan ramalan agar terpenuhi dalam diri Muhammad."
Dominee membalas, "Semua penjelasan Anda terdengar sangat baik, tetapi itu semua tidak mempunyai konsekuensi yang nyata, karena kami umat Kristen memiliki Yesus Kristus sebagai reinkarnasi Tuhan, yang menyelamatkan kami dari perbudakan dosa!"
Saya bertanya, "Tidak penting?"
Tuhan tidak menganggap demikian! Dia mengalami banyak kesulitan agar peringatannya diingat. Tuhan tahu bahwa akan ada orang-orang seperti Anda yang dengan kepandaian berbicara, dengan senang akan mengurangi kata-katanya, sehingga dia melanjutkan Ulangan 18:18 dengan peringatan yang menakutkan: ayat terdekat berikutnya, "Dan, ha1 tersebut akan terjadi". "Orang yang tidak mendengarkan segala Firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, daripadanya akan Kutuntut pertanggungjawaban." (Pada Injil Katholik kata-kata terakhirnya adalah --"Aku akan menjadi pembalas dendam"-- Aku akan membalas untuknya - Aku akan membalasnya!) "Apakah hal ini tidak menakutkanmu? Tuhan Yang Maha Kuasa sedang, mengancam pembalasan dendam! Nafas kita terengah-engah jika beberapa penjahat mengancam, tidakkah kamu takut pada peringatan Tuhan?"
"Ajaib dari keajaiban-keajaiban!" Pada Ulangan 18:19 kita mendapatkan pemenuhan lebih jauh pada diri Muhammad! Perhatikan kata-kata, "... firman-Ku yang akan diucapkan Nabi itu dengan nama-Ku," "Atas nama siapa Muhammad berbicara?" Saya membuka Kitab Suci Al-Qur-'an --terjemahan Ustadz Yusuf Ali, pada surat 114, Surat An-Naas, atau 'Manusia'- surat terakhir, dan menunjukkan pada Dominee formula di atas, surat tersebut:
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang."
Dan di atas surat 113:
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang."
Dan setiap surat sebelumnya 112, 111, 110, ... formula dan artinya sama untuk setiap halaman, karena akhir surat-surat akhir adalah pendek dan masing-masingnya kira-kira hanya satu halaman.
"Dan apa yang diinginkan ramalan tersebut?'... yang akan diucapkan dia (nabi itu) dengan nama-Ku' dan atas nama siapa Muhammad berbicara? 'Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.' Isi ramalan tersebut terpenuhi dalam diri Muhammad.
"Setiap surat dalam Al-Qur'an kecuali surat ke 9 (At-Taubah) dimulai dengan formula: "Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang."Umat Islam memulai setiap kegiatan yang sah menurut hukum dengan formula suci. Tetapi umat Kristen memulai: "Dengan nama Bapak, Anak dan Roh Kudus."
Memperhatikan Ulangan bab 18; saya telah memberikan kepada Anda lebih dari 15 alasan bagaimana ramalan tersebut ditujukan kepada Muhammad bukan Yesus.